Jakarta, NARAKALBAR – Pemerintah Indonesia mengirim bantuan kemanusiaan ke Myanmar pascagempa yang menewaskan 2.886 orang dan melukai 4.639 lainnya. Selain bantuan logistik, Indonesia juga mengerahkan tim penyelamat dan tim medis untuk mendukung pencarian serta pengobatan korban.
Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan, pengiriman bantuan dilakukan secara bertahap sejak 30 Maret.
“Kita merespons apa yang disampaikan oleh Myanmar pascagempa. Ini sedang kita proses persiapannya, rencananya besok bantuan dikirim,” ujarnya (2/4/2025). Hari ini (3/4/2025), Indonesia mengirim Emergency Medical Team (EMT) dan logistik senilai USD 1 juta.
Indonesia juga mengirim Tim Urban Search and Rescue (USAR) serta personel ASEAN Emergency Response and Assessment Team (ASEAN-ERAT). Pengiriman bantuan dilepas langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dari Bandara Halim Perdanakusuma.
Dalam pertemuan darurat antar-Menlu ASEAN, Sugiono menekankan pentingnya koordinasi jangka panjang untuk pemulihan Myanmar dan Thailand.
“Bantuan kemanusiaan harus disalurkan secara cepat dan inklusif. Kita harus mengesampingkan perbedaan dan membantu satu sama lain,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan bahwa bantuan ini merupakan bentuk solidaritas Indonesia.
“Kita bergerak atas permintaan Myanmar. Pemerintah Myanmar meminta bantuan melalui Kemenlu, kemudian berkoordinasi,” katanya.
Selain tim penyelamat, bantuan logistik yang dikirim termasuk makanan siap saji, tenda pengungsi, obat-obatan, serta kendaraan operasional. PMI turut mengirimkan bantuan senilai Rp 800 juta dan dana kemanusiaan sebesar USD 100 ribu.
“Kami terus berkomitmen memberikan bantuan bagi yang membutuhkan, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla.
Pengiriman bantuan ini menjadi salah satu yang terbesar, dengan melibatkan TNI, BNPB, Kemenkes, Basarnas, dan berbagai lembaga lainnya. Pemerintah berharap bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat terdampak dan mempercepat pemulihan pascagempa.
Penulis: Farratu Alana S.
Editor: Adhim Wihatmoko