NARAKALBAR,Pontianak, — Di tengah derasnya arus digitalisasi nasional, Kalimantan Barat menghadapi kenyataan pahit: ratusan anak menjadi korban kekerasan seksual setiap tahunnya, dengan pornografi digital menjadi salah satu pintu utama terjadinya kekerasan tersebut. Menyikapi kondisi ini, Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Kalimantan Barat menggagas forum Digital Detox Community sebagai bentuk perlawanan generasi muda terhadap lemahnya perlindungan terhadap anak di ruang digital.
Kegiatan yang digelar pada Minggu (3/8) di 1/2 Kopitiam, Pontianak, menghadirkan sejumlah tokoh yang aktif dalam isu perlindungan anak dan literasi digital. Forum ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga panggung pernyataan sikap keras terhadap lemahnya regulasi, pengawasan, dan tanggung jawab kolektif dari negara, masyarakat, hingga keluarga.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan himbauan moral. Kita butuh sistem yang hadir, kebijakan yang tajam, dan kesadaran publik yang agresif. Anak-anak bukan objek eksploitasi, dan kita harus hentikan ini sekarang juga,” tegas Khold Afani, S.E, Sekretaris Umum DPD IMM Kalbar.
IMM Kalbar secara terbuka melayangkan kritik terhadap minimnya regulasi serta pengawasan terhadap konten di media sosial, Rendahnya literasi digital di tingkat keluarga dan sikap permisif institusi terhadap isu pornografi sebagai “urusan privat”.
Kondisi di lapangan justru menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: akses anak terhadap konten pornografi terjadi pada usia semakin muda dan dengan intensitas yang semakin brutal. Teknologi seperti AI dan grup digital tertutup disebut mempercepat distribusi konten bermuatan seksual yang merusak perkembangan anak.
“Bicara soal pornografi bukan lagi tabu. Diam itu justru kriminal. Karena selama kita diam, ada anak yang dilukai hari ini,” ujar M. Farras Zhafran, S.T, Ketua DPD IMM Kalbar Bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat.
Acara tersebut turut menghadirkan sejumlah narasumber dengan latar belakang advokasi perlindungan anak dan pemberdayaan masyarakat yakni Uray M. Amin, ST, Wakil Sekretaris PWM Kalbar, Nany Wirdayani, S.T., S.H, Komisioner KPPAD Kalbar Bidang Kejahatan Seksual, Syf. Aryana Kaswamyana, S.Sos.I, M.Sos, Program Officer PKBI Kalbar,Rita Ningsih, S.E, Ketua DPD IMM Kalbar Bidang IMMawati.
Dalam diskusi tersebut, para narasumber sepakat bahwa tanpa gerakan kolektif dan sistem yang responsif, anak-anak akan terus menjadi korban, tidak hanya dari para pelaku kejahatan seksual, tetapi juga dari sistem sosial yang gagal memberikan perlindungan.
IMM Kalbar melalui Digital Detox Community menyerukan lahirnya komunitas perlawanan digital sebuah ruang edukasi dan advokasi bagi anak muda untuk membangun kesadaran digital, menciptakan lingkungan yang sehat secara psikologis dan spiritual, serta memperkuat literasi kritis dalam menghadapi bahaya pornografi dan kekerasan daring.
“IMM Kalbar tidak sedang mencari panggung. Kami sedang membunyikan alarm. Sudah terlalu lama kita diam. Sudah terlalu banyak anak yang dirusak,” tegas pernyataan resmi penutup dari panitia acara.
Editor: narakalbar